Dan yang terakir tentu saja Mad max, aku dah nonton dari film yang pertama sampe yang kedua. luar biasa, yang kedua itu keren, tapi film mad max yang pertama itu begitu berkesan. Gimana rasanya menjadi orang yang menjalankan tugas sebaik-baiknya, ketika teman lo mampus di bunuh, istri anak lo di tabrak sama gang bermotor sialan. Ketika dunia mulai hancur lo masih berusaha menjadi polisi yang baek. Di akhir gak guna lo harus bawa keadilan di tangan lo sendiri mantep max mantep!
Perlu di sadari Dystopia dan post apocalyptic adalah dua sisi yang berbeda. Namun saya akan membahas Mad max dari sisi film yang pertama pada tahun 1979. Untuk pembahasan Post-apocaliytic akan di bahas di post selanjutnya.
Menurutku ada beberapa ciri Dystopia.
- Ketidak adilan
- Kasta
- Korupsi
- masih adanya peradaban
- Bagaimana menjadi seorang manusia seutuhnya.
- propaganda
- penindasan
Maunya sih pas di dystopia gue yang jadi keren gini. |
Hidup di dunia dystopia mana mau ! |
Bayangin aja mad max tampa adegan balapan dan perkelahian kek gini apa jadinya |
Kita senang melihat karakter utama menginjak-injak musuhnya, terkadang saking senangnya kita dengan villain bahkan ketika sebuah film tampa seorang villain film itu terasa begitu hambar kek sambal tapi cuma 2 biji cabe itu sambal apaan coba. Bayangkan bahkan sebuah film walaupun villainnya datar banget garing banget bahkan dia cuma jadi jahat karena butuh pemeran jahat lawak memang dunia ini.
Penjahat yang komplek adalah penjahat yang membuat kita bersimpati membuat kita memahami kenapa ia harus melakukan ini. Dunia tidak hitam dan putih selalu ada abu-abu di baliknya. Di akhir kita senang melihat pemeran utama bersinar bukan.
Hidup di kota kek gini siapa yang gak mau sih! |
Akupun mau hidup di dunia seperti itu tapi konflik adalah hall yang harus ada di sebuah cerita fiksi. Tapi gini tau gak kenapa banyak sekali novel atau cerita utopia dulunya. Jawaban yang bisa ku berikan adalah American Nuclear Family.
Gee dad another hottu doggu |
Semua terasa begitu sempurna, kalau aku hidup di saat itu tentu saja aku akal berpikir, "holly shit jaman sekarang aja dah gini gimana tahun 2000 pasti ada mobil terbang!"
Bahkan para penulis fiksipun tak kalah positif, kemajuan teknologi banyak novel-novel dan majalah-majalah fiksi membayangkan betapa menarik dunia di masa depan, bagaimana ketika tangan sudah tak mampu di gunakan mereka menggantikanya dengan tangan robot. Ketika jantung tak mampu lagi bekerja maka jantung robotpun akan menggantikan. Lalu apa yang menjadi alasan kenapa amerika tidak banyak lagi mengeluarkan cerita seperti itu. Dari yang ku baca ketika dunia sudah mulai terlihat gelap. Teknologi tidak secepat itu melaju, semua mulai kembali pelan, tidak banyak teknologi yang di buat. Perang dingin bagaimana rakyat amerika merasa ketakutan akan kehancuran total dunia. Fiksipun mulai gelap, era dystopia seperti yang orwel tuliskan mulai di bahas dimana-mana bagaimana bahayanya Totaliterisme bagaimana ungkapan "BIG BROTHER IS WATCHING YOU" bila kita pernah menonton reality show big brother merekapun mengambil nama ini dari ungkapan orwel tersebut.
Mungkin ada yang berkata "tapi bukankah dystopia hanya akan membuatmu depresi" Tentu, di satu sisi akupun terkadang depresi membayangkan hidup seperti itu. Tapi di film dystopia juga terdapat harapan, selalu ada harapan bahkan ketika kau terjatuh sekalipun. Selalu terdapat perlawanan dalam Dystopia.
Semua orang memiliki batas kesabaran semuanya, kucing kalo dah kesudut di dinding juga ngeri kalo dah ngelawan. Ketika sudah melawan itu cerita dah asik-asiknya tuh. di akhir gue gak benci utopia cuma ya gitu kalo semua dah sempurna mau ngapaen lagi. Perlawanan selalu mengasikan bukan. Dystopia memerplihatkan ketidak adilan, memperlihatkan korupsi, bagaimana bila orang-orang kikir orang-orang tak memiliki moral yang memimpin kita semua.
Tapi ada satu yang tak bisa terbantahkan Dystopia mengajarkan kita untuk perduli, perduli dengan sekitar, perduli dengan orang lain, mencoba menjadi kritis. Salah satu film yang berkenang bagiku adalah Farenheit 451.
Fahrenheit four-five-one is the temperature at which book paper catches fire and starts to burn |
ignorance empower us !
Guy montag adalah seoarng pemadam kebakaran, sebuah pekerjaan yang mulia bukan, namun tidak pemadam kebaran pekerjaan utamanya. Mungkin bahasa pemadam kebakaran tak cocok, kita pakai bahasa aslinya saja. Fireman. Begitu terasa bagaimana dunia di atur dalam film tersebut, bagaimana seseorang yang berbeda tak di perbolehkan untuk ada, rambut mu panjang maka kau akan di potong secara paksa. Membaca buku tak boleh, bahkan membaca buku kau akan di tangkap. Aku tak ingin terlalu banyak berkomentar tentang Farenheit 451 jujur saja, ada baiknya menonton atau membaca sendiri. Sebuah pengalaman yang harus kau rasakan sendiri.
Cyberpunk juga selalu menjadikan Dystopia sebagai bahan pokok, bagaimana kehidupan di cyberpunk dengan teknologi yang berkembang pesat namun tidak menaikan standar kehidupan kita sebagai manusia. Bagaimana korporasi menguasai global, orang miskin menjadi lebih miskin. Kekerasan dimana-mana. Terdengar buruk bukan. Tapi disitulah menariknya cyberpunk. Bagaimana mereka yang mencoba melawan sistem memamfaatkan teknologi.
Cyberpunk lebih memfokuskan kepada rakyat jelata, orang-orang biasa. Apakah semua cyberpunk menyedihkan dan tragis. Tentu tidak, mengejutkanya salah satu game berjudul va 11 hall a. Vallhalla ini adalah cyberpunk bartender action. Dan aku gak paham sebenarnya dimana actionnya. Ini benar-benar mengejutkan ku. Salah satu genre yang ku sukai dan di gabung dengan pekerjaan impian ku. Bartender sedari aku remaja kehidupan malam begitu membuatku terliur. Menjadi bartender adalah impian ku.
Dalam vallahala kita bermain sebagai seorang bartender, mendengarkan bagaimana para pengunjung bercerita. Didampingi musik yang beragam denger-denger sih genrenya Electropop. Ketika mereka hidup dalam kekerasan di sekitarnya beberapa orang tentu saja mencoba menghindarinya dan hidup dengan normal. Setiap karakter yang ada di game ini sangat unik. Mereka terasa begitu nyata. Bagaimana mereka bercerita kehidupan mereka sehari-hari keluhan mereka tentang kehidupan. Sedikit lucu sebenarnya aku belum pernah bertemu seperti itu, maksudku seorang bartender yang mau mendengarkan orang lain berbicara.
Ya mungkin di tempat lain bartender emang dengerin orang-orang curhat, kalo disini ya kalo gak sama temen ya minum sendiri. Harga bir di indonesia ini sebenarnya kelewat mahal. 25 ribu rupiah untuk satu kaleng, yang bener aja.
Kayaknya dia emang bukan perokok, cara ngerokoknya rada lucu. |
Kotor, penuh dengan neon, tekhnologi tinggi, Oh cyberpunk |
Dalam vallahala kita bermain sebagai seorang bartender, mendengarkan bagaimana para pengunjung bercerita. Didampingi musik yang beragam denger-denger sih genrenya Electropop. Ketika mereka hidup dalam kekerasan di sekitarnya beberapa orang tentu saja mencoba menghindarinya dan hidup dengan normal. Setiap karakter yang ada di game ini sangat unik. Mereka terasa begitu nyata. Bagaimana mereka bercerita kehidupan mereka sehari-hari keluhan mereka tentang kehidupan. Sedikit lucu sebenarnya aku belum pernah bertemu seperti itu, maksudku seorang bartender yang mau mendengarkan orang lain berbicara.
Biasanya di sini sih kalo mau minum bir bawa kawan dan nongkrong gini. |
Oke sepertinya saya sudah membahas apa yang berada di pikiran saya, dan terima kasih kepada para pembaca untuk membaca tulisan saya.
Goat.
No comments:
Post a Comment
Saya tidak memoderasi komentar yang akan anda berikan, anda bebas memberikan komentar yang anda kehendaki, namun gunakan kata-kata yang sopan dan pantas, And happy blogging.